Kamis, 04 Oktober 2012

Robot pembunuh ala terminator segera lahir di bumi

Robot pembunuh ala terminator segera lahir di bumi

Laporan Human Right Watch menyebut 'robot pembunuh' dapat dikembangkan dalam 20 hingga 30 tahun mendatang. Bahkan, pengembangannya bisa lebih cepat dari waktu yang diperkirakan itu.

Laman Dailymail, Rabu 20 November 2012, memberitakan bahwa 'Robot pembunuh' ini otonom. Artinya, bisa melakukan aktivitas tanpa harus dikendalikan atau di bawah otoritas manusia. Bahkan saat akan membunuh, robot ini tak perlu kendali dari manusia.

Kalangan militer di seluruh penjuru dunia menyatakan tertarik dengan robot ini, karena bisa bertempur secara otonom. Selain itu, robot-robot ini bisa mengurangi korban manusia saat situasi berbahaya.

Amerika Serikat menjadi negara yang terdepan dalam pengembangan 'robot pembunuh' ini. Saat ini saja, negeri Paman Sam ini telah mengoperasikan pesawat tanpa awak untuk memerangi kelompok militan di Pakistan, Yaman, dan di tempat lainnya.

Pesawat tanpa awak alias drone saat ini memang masih dikendalikan oleh manusia. Tak bisa membunuh tanpa perintah manusia. Namun, sistem, persenjataan yang hanya memerlukan sedikit campur tangan manusia telah terpasang.

Sistem senjata Phalanx raytheon, telah dipasang pada kapal Angkatan Laut AS. Sistem ini bisa mencari asal tembakan dan menghancurkan peluru yang menyerangnya.

Ada juga Northorp Grumman X47B,pesawat tempur tanpa awak. Pesawat ini mampu terbang dan mendarat pada kapal induk. Bahkan,  mengisi bahan bakar di udara.

Namun, yang paling mendekati mesin pembunuh seperti yang terlihat dalam film laga 'Terminator' yang dibintangi Arnold Schwarzenegger, adalah robot pengawal buatan Samsung dan telah digunakan oleh militer Korea Selatan. Robot ini dapat melihat aktivitas yang mencurigakan, melawan para penyusup, dan apabila diperintahkan oleh manusia maka robot ini akan menyerang.
Tapi, Human Right Watch menegaskan bahwa robot bergaya Terminator ini harus dilarang, sebelum sebuah negara mulai menggunakannya. Laporan yang berjudul 'Losing Humanity' dan ditulis oleh  Harvard Law School Intern

Tidak ada komentar:

Posting Komentar